Nama Jurnal
|
Jurnal Akuntansi
|
Volume /
Halaman
|
Volume 5, No.1/
hal 47-58
|
Nama Penulis
|
J.L. Makaluas,
D.Afandi
|
Judul Jurnal
|
MENGUKUR DAN MENGANTISIPASI TRANSLASI
LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING |
Tanggal Jurnal
|
Januari 2005
|
Tujuan
Penelitian
|
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui Seberapa jauh peranan cabang-cabang perusahaan di
luar negeri. Semakin besar persentase bisnis perusahaan yang dilakukan oleh
cabang di luar negeri, semakin besar persentase perkiraan-perkiraan laporan
keuangan yang mudah terpengaruh akibat translasi.
|
Metode
Penelitian
|
Metode
translasi. Metode translasi dikenal 4 jenis konversi mata uang yaitu current/non current method, monetary/nonmonetary method, temporal
method, current rate method.
|
Variabel
Penelitian
|
current/non current method, monetary/nonmonetary method, temporal
method, current rate method
|
Hasil
Penelitian
|
Sebuah perusahaan
AS memiliki sebuah anak perusahaan di Swiss
dengan laporan keuangan sebagai berikut yang dinyatakan dalam Franc Swiss (Sfr). Diasumsikan bahwa Franc Swiss bernilai $ 0.60 pada tanggal 31 Desember 1989, dan $ 0.50 pada tanggal 31 Desember 1990. Nilai rata-rata selama tahun 1990 adalah $ 0.55. Perusahaan di AS akan memasukkan keuntungan sebesar $ 2.750 dalam konsolidasi ikhtisar laba ruginya dan pengurangan sebesar $ 2.250 di dalam bagian terpisah dari Laba Ditahan. |
Kesimpulan
Penelitian
|
a. Translasi
dibutuhkan untuk mengkonversi laporan keuangan dari operasi perusahaan di
luar negeri yang menggunakan mata uang local ke dalam mata uang negara asal
untuk tujuan konsolidasi dan pelaporan, juga membantu pemakai memahami
laporan keuangan tersebut.
b. Translasi atas
nilai tukar adalah gambaran ikhtisar dari neraca , laba
rugi perusahaan
multinasional terhadap perubahan di dalam nilai tukar nominal. Perusahaan
multinasional harus mengkonsolidasi pembukuannya dalam satu mata uang
(biasanya negara dimana perusahaan induk berada) meskipun arus kasnya
didominasi dalam banyak mata uang.
c. Ada 4 cara
utama yang secara historis digunakan dalam proses translasi yaitu: current/noncurrent,
monetary/nonmonetary, temporal, current rate method.
d. Penyesuaian
translasi yang dilakukan dengan menggunakan temporal method
maupun current rate method akan dicerminkan
ke dalam laporan keuangan, sehingga jumlah-jumlah yang ada dalam setiap
perkiraan dijabarkan secara lebih spesifik. Pada current
rate method, digunakan net asset karena seluruh net asset ditranslasikan
pada kurs saat ini. Sedangkan pada temporal
method hanya digunakan net monetary asset yang diukur
pada current rate.
e. FAS No.8
didasarkan atas pendekatan monetary/nonmonetary, dimana
penilaian ulang laporan keuangan digunakan untuk tujuan konsolidasi. FAS No.52
mengharuskan semua asset dan kewajiban diukur dengan kurs saat ini.
|
Pendapat Mengenai
Jurnal
|
Dari
penelitian tersebut diketahui bahwa translasi
dibutuhkan untuk mengkonversi laporan keuangan dari operasi perusahaan di
luar negeri yang menggunakan mata uang local ke dalam mata uang negara asal
untuk tujuan konsolidasi dan pelaporan, juga membantu pemakai memahami
laporan keuangan tersebut.
|
Senin, 01 Mei 2017
Review 6
Review 5
Nama Jurnal
|
Jurnal EMBA
|
Volume /
Halaman
|
Vol.4 No.10/
hal 364-374
|
Nama Penulis
|
J.L. Makaluas,
D.Afandi
|
Judul Jurnal
|
ANALISIS PELAPORAN
DAN PENGUNGKAPAN AKTIVA TETAP DI PT. KEMILAU NUR SIAN
|
Tanggal Jurnal
|
1 Maret 2016
|
Tujuan
Penelitian
|
Tujuan penelitian
adalah untuk menganalisis kesesuaian pelaporan dan pengungkapan aktiva tetap
PT. Kemilau Nur Sian.
|
Metode
Penelitian
|
Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif yakni dalam memahami data, penulis
mengidentifikasi data
tentang aktiva tetap PT. Kemilau Nur Sian.
|
Variabel
Penelitian
|
Penulis
menganalisis lebih lanjut dengan cara membandingkan pelaporan dan pengunkapan yang dilakukan PT.
Kemilau Nur Sian atas aktiva tetap apakah sudah memadai atas prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku
sebagai acuan. Kemudian hasilnya di identifikasi terhadap masing - masing terhadap tiga tahun laporan keuangan
PT. Kemilau Nur Sian (2012, 2013, dan 2014) beserta catatannya. Kemudian dirumuskan apakah peloparan dan pengungkapan
terhadap masing – masing aktiva
tetap tersebut telah memadai atau belum. Kemudian mengambil keputusan dari
hasil perbandingan tersebut
|
Hasil
Penelitian
|
Pelaporan Aktiva
Tetap
Pelaporan aktiva
tetap tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014 yang disajikan PT. Kemilau Nur
Sian dalam neraca, hanya
sebatas gabungan aktiva tetap secara keseluruhan sebesar jumlah harga
perolehan
dikurangi akumulasi penyusutannya. Berikut jenis-jenis aktiva tetap: tanah, bangunan, kendaraan, peralatan, dan inventaris kantor yang tidak dicatat secara terpisah oleh PT. Kemilau Nur Sian.
Perusahaan
melaporkan beban pemeliharaan & perbaikan peralatan, beban pemeliharaan
& perbaikan kendaraan
dan beban pemeliharaan dan perbaikan bangunan di laporan laba rugi kerena
dikeluarkan yang hanya akan
memberi manfaat dalam periode berjalan, bukan untuk dikapitalisasi sebagai
aktiva tetap di neraca, melainkan
akan langsung dibebankan sebagai beban dalam laporan laba rugi periode
berjalan dimana biaya tersebut
terjadi (dikeluarkan). Perusahaan
melaporkan beban penyusutan untuk masing-masing aktiva tetap diakui dalam
laporan laba rugi.
Beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan
dimasukkan dalam jumlah tercatatnya.
Pelaporan mengenai keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau
pelepasan aktiva tetap
yang dilaporkan dalam laba rugi utnuk tahun 2012, 2013 dan 2014 perusahaan
tidak melaporkan karena belum
ada transaksi mengenai hal tersebut. Aktiva tetap dilaporkan dalam laporan
arus kas pada aktivitas investasi
yang dikarenakan perusahaan membayarkan sejumlah kas untuk memperoleh aktiva tetap.
Pengungkapan Aktiva
Tetap
Lampiran daftar
aktiva tetap perusahaan tidak mengklasifikasikan jenis-jenis aktiva tetap
masingmasing secara detail berdasarkan harga perolehan dan tanggal perolehan
serta tarif penyusutan dan umur
manfaatnya. Pada catatan kaki, pengungkapan belum memadai karena ada penambahan aktiva tetap pada tahun 2014 yang tidak dijelaskan dan masih ada hal-hal yang belum diungkapkan oleh perusahaan seperti penurunan nilai, aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual, akuisisi melaui kombinasi bisnis, jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan, dan jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aktiva tetap. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mustamin (2013) pelaporan aktiva tetap dalam neraca tidak dijelaskan apakah dilaporkan secara terpisah atau tidak berdasarkan jenis-jenis aktiva tetapnya. Dalam laporan laba rugi tidak ada penjelasan dan juga pada laporan arus kas sehubungan dengan aktiva tetap. |
Kesimpulan
Penelitian
|
Kesimpulan
penelitian ini adalah:
1. PT Kemilau Nur
Sian dalam hal ini melaksanakan kegiatan akuntansinya berpedoman pada
Kebijakan Akuntansi
PT Kemilau Nur Sian yang pada prinsipnya sudah mendekati Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
2. Kebijakan aktiva tetap perusahaan belum sepenuhnya memadai dan belum sepenuhnya dijalankan, karena ada hal-hal yang belum dijadikan sebagai kebijakan perusahaan sehubungan dengan aktiva tetap. 3. Pelaporan aktiva tetap di PT Kemilau Nur Sian belum memadai karena dalam neraca perusahaan tidak melaporkan jenis-jenis aktiva tetapnya secara terpisah.
4. Pengungkapan
aktiva tetap di PT Kemilau Nur Sian belum memadai karena hanya berupa lampiran
daftar aktiva tetap dan
penyusutan dan disertai catatan kaki yang belum sepenuhnya mengungkapkan
hal-hal yang harus
diungkapkan dalam aktiva tetap.
|
Pendapat
Mengenai Jurnal
|
Penelitian ini
menjelaskan bagaimana proses pengungkapan dan pelaporan aktiva tetap pada PT
Kemilau Nur Sian sehingga diperoleh hasil bahwa perusahaan tersebut
berpedoman pada Kebjakan Akuntansi yg ada pada perusahaan itu sendiri
sehingga ada hal-hal yang tidak dijadikan sebagai pedoman dalam pengungkapan
dan pelaporan aktiva tetap pada perusahaa tersebut.
|
Review 4
Nama Jurnal
|
Jurnal Ekonomi
dan Manajemen
|
Volume /
Halaman
|
XIX, No. 3/ 231-250
|
Nama Penulis
|
Noer A Achsani, Arie Jayanthy F A Fauzi dan Piter Abdullah
|
Judul Jurnal
|
KETERKAITAN
INFLASI DENGAN NILAI TUKAR RIIL :
ANALISIS
KOMPARATIF ANTARA ASEAN+3, UNI EROPA DAN
AMERIKA UTARA
|
Tanggal Jurnal
|
Desember 2009
|
Tujuan
Penelitian
|
Untuk
mengetahui sejauh mana tingkat respon/kepekaan inflasi akibat fluktuasi (perubahan)
nilai tukar di kawasan ASEAN+3 dan membandingkannya dengan kawasan kawasan Eropa
dan Amerika Utara.
|
Metode
Penelitian
|
Analisis
eksploratif dan analisa panel data
|
Variabel
Penelitian
|
Inflasi, nilai
tukar riil, dan trend
|
Hasil
Penelitian
|
Dari hasil
estimasi model diatas, dapat dilihat bahwa meskipun nilai koefisien variabel
RER1 lebih tinggi di kawasan non Asia dibandingan kawasan Asia, namun pada kawasan
non Asia variabel RER1 tidak berpengaruh signifikan terhadap laju inflasi.
Hal
ini menandakan bahwa depresiasi di kawasan Asia akan menimbulkan efek yang lebih tajam terhadap inflasi dibandingkan kawasan non Asia, atau dengan kata lain kepekaan inflasi akibat perubahan (dalam hal ini depresiasi) nilai tukar jauh lebih tinggi di kawasan Asia (ASEAN+3) dibandingkan kawasan non Asia (Uni Eropa, Amerika Utara). Hal ini diperkuat kenyataan bahwa mata uang negara-negara kawasan Asia lebih rentan dan tidak stabil terhadap guncangan dibandingkan mata uang negara-negara kawasan non Asia, dengan demikian pengaruh/efek dari perubahan nilai tukar riil terhadap laju inflasi akan lebih besar di kawasan Asia, sedangkan di kawasan non Asia efeknya relatif kecil atau hampir tidak ada. |
Kesimpulan
Penelitian
|
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis komparatif
keterkaitan inflasi dengan nilai tukar riil di kawasan Asia (ASEAN+3) dan non
Asia (Uni Eropa, Amerika Utara), maka diperoleh dua kesimpulan. Pertama,
terdapat korelasi yang kuat antara pergerakan inflasi dengan nilai tukar riil
di sebagian besar negara-negara, selain itu untuk kasus seluruh kawasan dan kawasan
Asia yang berlaku adalah hubungan kausalitas satu arah dimana baik tingkat
depresiasi nilai tukar nominal maupun tingkat nilai tukar riil secara signifikan
memiliki pengaruh terhadap laju inflasi. Sedangkan di kawasan non Asia
hubungan kausalitas satu arah justru terjadi dimana laju inflasi yang memiliki
pengaruh secara signifikan baik terhadap tingkat depresiasi nilai tukar
nominal maupun tingkat nilai tukar riil. Kedua, Pada model seluruh kawasan,
hasil interaksi dummy kawasan dengan setiap variabel yang mempengaruhi laju
inflasi ternyata memungkinkan membagi menjadi dua model yaitu model kawasan
Asia dan non Asia, dan ditemukan bahwa terdapat perbedaan pola perilaku
variable RER1, DPF, DE terhadap laju inflasi antara kawasan Asia dan non
Asia. Dummy krisis yang dimasukkan dalam model menunjukan bahwa perbedaan
perilaku inflasi antara sebelum dan sesudah terjadinya Asian Financial
Crisis (AFC) hanya di kawasan Asia. Lebih lanjut ternyata respon/kepekaan
inflasi terhadap perubahan nilai tukar riil lebih tinggi di kawasan Asia dibandingkan
kawasan non Asia. Berdasarkan penelitian penulis dapat dilihat bahwa terdapat
hubungan yang erat antara nilai tukar riil dan laju inflasi, dimana terdepresiasinya
nilai tukar riil akan mendorong peningkatan laju inflasi, terutama untuk kawasan
Asia. Pentingnya mengelola inflasi sebagai ukuran stabilitas perekonomian suatu
negara mengharuskan adanya koordinasi Bank Sentral dan pemerintah dalam
langkah pengendalian laju inflasi. Dengan melihat eratnya kaitan antara nilai
tukar riil dan laju inflasi, maka Bank Sentral dengan otoritas moneternya
dapat menjadikan kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar sebagai jalur
kebijakan untuk mencapai sasaran inflasi.
|
Pendapat
Mengenai Jurnal
|
Dari peneltian
tersebut kita mengetahui bahwa penting nya mengelola inflasi sebagai ukuran
stabilitas perekonmian suatu Negara dan mengharuskan adanya koordinasi bank
setral dan pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi.
|
Langganan:
Postingan (Atom)